Sesuai
dengan janji yang lalu, kali ini kita akan melanjutkan membahas dan juga
mengetahui tentang objek wisata yang berada di Tanah Sunda. Kali ini ialah
tentang Candi Cangkuang.
Candi Cangkuang
adalah sebuah candi peninggalan zaman Hindu yang terdapat di Kampung Pulo, wilayah Cangkuang,
Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat. Candi
inilah juga yang pertama kali ditemukan di Tatar Sunda serta
merupakan satu-satunya candi Hindu yang berada di Tatar Sunda. Candi Cangkuang
ditemukan kembali oleh Tim Sejarah Leles pada tanggal 9 Desember 1966.Tim
penelitian yang disponsori oleh Bapak Idji Hatadji (CV. Haruman) ini diketuai
oleh Prof. Harsoyo, Uka Tjandrasasmita (ketua penelitian sejarah Islam
dan lembaga kepurbakalaan), dan mahasiswa dari IKIP Bandung. Pada awal
penelitian terlihat adanya batu yang merupakan reruntuhan bangunan candi
dan di sampingnya terdapat sebuah makam kuno berikut sebuah arca Syiwa
yang terletak di tengah reruntuhan bangunan. Dengan ditemukannya batu-batu
andesit berbentuk balok, tim peneliti merasa yakin bahwa di sekitar tempat
tersebut semula terdapat sebuah candi. Penduduk setempat seringkali
menggunakan balok-balok tersebut untuk batu nisan.
Berdasarkan keyakinan tersebut, peneliti
melakukan penggalian di lokasi tersebut. Di dekat kuburan Arief Muhammad
peneliti menemukan fondasi candi berkuran 4,5 x 4,5 meter dan batu-batu candi
lainnya yang berserakan. Daerah Cangkuang merupakan suatu objek wisata di
dataran tinggi berupa danau, Kampung Pulo dengan rumah adatnya, dan sebuah
bangunan candi pada sebuah "pulau" di tengah danau. Pulau tersebut
sebetulnya mirip sebuah semenanjung yang menjorok ke arah Timur ke tengah
danau.
Arif
Muhammad, sang penyebar agama islam.
Sementara Arif Muhammad datang ke
Cangkuang pada abad ke 17 M. konon candi tersebut dibangun pada zaman kerajaan
Pajajaran, Namun sebagina lagi mengatakan dibangun pada zaman Kerajaan Sunda.
Beginlah kisahnya.
Putra Mahkota Nagari Sunda bernama Niskala Wastu Kancana, sebelum dinobatkan menjadi raja disuruh mengembara ke daerah Bianaya Jampang. dalam pengembaraannya, Ia sampai di daerah Cangkuang, ia melihat penduduk sedang membangun candi Syiwa. Beliau kurang setuju dengan pembangunan candi tersebut. "Apa alasannya Raden? Pembangunan candi ini telah memakan waktu cukup lama dan sudah setengah jadi," kepala kampung bertanya sambil menatap wajah Niskala Wastu Kancana. cukup lama Putra mahkota Nagari sunda ini termenung seperti sedang memikirkan sesuatu. "Menurut penglihatan batinku, disini nanti akan muncul agama baru. Agama tersebut akan menguasai wilayah ini dan sekitarnya. jadi membangun candi di tempat ini kurang tepat, Seharusnya agak jauh. Sesudah cukup lama menetap di Cangkuang, Arif Muhammad dan para sahabatnya berniat menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat. Karena prajurit Mataram ini ramah dan pandai bergaul, dengan sendirinya kehadiran mereka diterima dengan baik oleh penduduk Cangkuang maupun penduduk dari luar Cangkuang. Untuk memperkokoh penyebaran Islam Di Cangkuang, kemudian Arif Muhammad membangun sebuah masjid sederhana yang sampai sekarang masih ada. Untuk keperluan berwudhu, Arif Muhammad membendung parit yang airnya berasal dari Sungai Cicapar dan akhirnya terbentuklah sebuah danau.
Putra Mahkota Nagari Sunda bernama Niskala Wastu Kancana, sebelum dinobatkan menjadi raja disuruh mengembara ke daerah Bianaya Jampang. dalam pengembaraannya, Ia sampai di daerah Cangkuang, ia melihat penduduk sedang membangun candi Syiwa. Beliau kurang setuju dengan pembangunan candi tersebut. "Apa alasannya Raden? Pembangunan candi ini telah memakan waktu cukup lama dan sudah setengah jadi," kepala kampung bertanya sambil menatap wajah Niskala Wastu Kancana. cukup lama Putra mahkota Nagari sunda ini termenung seperti sedang memikirkan sesuatu. "Menurut penglihatan batinku, disini nanti akan muncul agama baru. Agama tersebut akan menguasai wilayah ini dan sekitarnya. jadi membangun candi di tempat ini kurang tepat, Seharusnya agak jauh. Sesudah cukup lama menetap di Cangkuang, Arif Muhammad dan para sahabatnya berniat menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat. Karena prajurit Mataram ini ramah dan pandai bergaul, dengan sendirinya kehadiran mereka diterima dengan baik oleh penduduk Cangkuang maupun penduduk dari luar Cangkuang. Untuk memperkokoh penyebaran Islam Di Cangkuang, kemudian Arif Muhammad membangun sebuah masjid sederhana yang sampai sekarang masih ada. Untuk keperluan berwudhu, Arif Muhammad membendung parit yang airnya berasal dari Sungai Cicapar dan akhirnya terbentuklah sebuah danau.
Arif muhammad dan sahabatnya tinggal
ditengah danau yang disebut Kampung Pulo. Ketika Islam menjadi pegangan hidup
penduduk Cangkuang, khususnya di Kampung Pulo,
Arif Muhammad tetap menghargai adat, atau
kebiasaan penduduk setempat. Misalnya, larangan untuk tidak boleh bekerja atau
berziarah pada hari rabu. hal itu berlaku hingga hari ini. Pada saat itu
di Cangkuang banyak terdapat candi sudah rusak dan tidak terpelihara.
Dengan persetujuan penduduk, akhirnya disisakan satu candi sebagai peringatan
bahwa dahulu di tempat tersebut pernah ada pemeluk Hindu.
Itulah kisah mengenai Candi Cangkuang, tenang
aja walaupun kisah tentang Candi Cangkuang selesai, tapi masih banyak lagi kok
kisah tentang objek wisata yang ada di Tanah Sunda, jadi tunggu aja yah yang
selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar