urang sunda asli

urang sunda asli

Selasa, 27 November 2012

Musik Sunda

Sekarang kita tinggalin dulu deh tentang objek wisata di Tanah Sunda, sekarang mari kita mengenal tentang sejarah musik sunda (musik kontemporer) berikut juga contoh lagu Sunda yang populer di masyarakat Jawa Barat.
Musik pop Sunda merupakan representasi dari kreativitas musisi Sunda. Genre musik ini tidak bisa melepaskan diri dari jasa Koko Koswara (alm) yang lebih populer dengan julukan Mang KokoSecara historis, menurut Edwin Juriens (2006), kelahiran musik pop Sunda dibidani seniman Bandung Nada Kantjana pada tahun 1950-an. Mereka adalah pelopor pengombinasian lirik Sunda dengan instrumen-instrumen musik pop Barat di bawah pimpinan Muhammad Yassin. Setelah itu, tongkat estafet penciptaan musik pop Sunda diteruskan Djuhari dan Mang Koko.

Sekarang, dengan perkembangan zaman yang terjadi, lahir musisi muda independen yang mengawinkan nada-nada Sunda dengan nada rock, pop, hip hop, rap, dan sebagainya. Mengamati perkembangan musik kontemporer di daerah sendiri tampaknya agak menyedihkan. Selain apresiasi masyarakat Sunda belum begitu memadai, para komponisnya yang relatif sangat sedikit, juga dukungan pemerintah setempat atau sponsor-sponsor lain untuk  penyelenggaraan konser-konser musik kontemporer sangat kurang. Sebenarnya banyak  komponis kontemporer di daerah Sunda yang cukup potensial, akan tetapi sangat sedikit yang konsisten. Salah satu komponis pertama yang perlu disebut adalah Nano S. Meskipun aktifitasnya lebih cenderung sebagai pencipta lagu, akan tetapi beberapa karyanya seperti karya “Sangkuriang” atau “Warna” memberi nafas baru dalam pengembangan musik Sunda. Komponis lain seperti Suhendi Afrianto, Ismet Ruhimat sangat nyata upayanya dalam pengembangan instrumentasi pada gamelan Sunda. Dodong Kodir yang cukup konsisten dalam upaya mengembangkan aspek organologi dalam komposisinya, Ade Rudiana yang sukses dalam pengembangan dibidang komposisi musik perkusi, Lili Suparli yang memegang prinsip kuat dalam pengolahan idiom-idiom musik tradisi  Sunda, serta tak kalah penting komponis-komponis seperti Dedy Satya Hadianda, Dody Satya Eka Gustdiman, Oya Yukarya, Dedy Hernawan, Ayo Sutarma yang karya-karyanya cukup variatif dan memiliki orsinalitas dilihat dari aspek kompositorisnya. (posisi penulis sebagai komponis juga memiliki ideologi yang kurang lebih sama dengan para komponis yang terakhir disebutkan). Dari beberapa komponis Sunda seperti yang telah disebutkan di atas, secara kompositoris karakteristik karyanya dapat dipetakan menjadi tiga kategori. Pertama adalah karya musik yang bersifat “musik iringan”. Konsep komposisi dalam karya seperti ini berdasar pada penciptaan suatu melodi (bentuk lagu/intrumental), kemudian elemen-elemen lainnya berfungsi mengiringi melodi tersebut. Kedua adalah karya musik yang bersifat “illustratif”. Konsep komposisinya berusaha menggambarkan sesuatu dari naskah cerita, puisi dan lain-lain. Dengan demikian orientasi musiknya lebih tertuju pada penciptaan suasana-suasana yang berdasar pada interpretasi komponisnya. Ketiga adalah karya musik yang bersifat otonom. Karya musik seperti ini biasanya sangat sulit dipahami oleh orang awam. Selain bentuknya yang tidak baku, aspek gramatika musiknya pun sangat berbeda jika dibandingkan dengan karya-karya tradisi. Kadang-kadang karya-karya musik seperti ini sering menimbulkan hal yang kontroversial. Seperti yang “anti tradisi”, padahal secara sadar atau tidak, semua tatanan konsepnya bersumber dari tradisi.
Berikut contoh lagu sunda, tetapi sama dengan lagu bangsa Ukraina. Inilah asal usulnya.
Pernah mendengar lagu Panon Hideung? Lagu Panon Hideung (Mata Hitam) ciptaan Ismail Marzuki yang merupakan lagu rakyat Sunda dan sudah tidak asing lagi di telinga orang Sunda. Namun lagu tersebut bukan asli milik Indonesia, karena lagu asli nya berjudul Ochi Chernye (Dark Eyes) yang merupakan lagu rakyat Ukrania.
Bahkan lagu ini pernah diperdengarkan saat Presiden SBY menjamu Presiden Rusia Vladimir Putin di Istana Negara pada tanggal 6 September 2007 saat berkunjung ke Indonesia. Saat itu Presiden Putin bertanya bagaimana ceritanya lagu Rusia ini bisa masuk Indonesia, namun Presiden SBY menjawab tidak mengetahuinya.
Lalu bagaimana lagu ini masuk ke Indonesia dan bahkan di-adaptasi
lagu Sunda? Akhirnya jawaban itu didapatkan dengan keterangan yang meyebutkan
 “Tidak kurang uniknya adalah sejarah lagu yang dikenal Hallo-hallo Bandung ciptaan Ismail Marzuki. Karena mendapat tugas memimpin Studio Orkes NIROM II Bandung di Tegallega bersama Jan Snijders dengan sederetan penyanyi Miss Lee, Miss Netty, Miss Annie Landauw, Miss Nining dan juga Miss Eulis, komponis Betawi itu jatuh cinta pada yang disebut terakhir, yang dinikahinya sekitar tahun 1940 dan diberi nama Eulis Zouraida, mojang Priangan berdarah Sunda-Arab. Selagi pacaran diciptakan lagu Als de Orchiedeen Bloeien dan Panon Hideung, sebuah lagu Rusia dengan syair Sunda. Memang Eulis Bandung itu bermata hitam (Black Eyes), hidung mancung, kulit kuning seperti liriknya dalam bahasa Sunda”.
Walaupun begitu, lagu-lagu Sunda tetap harus dilestarikan. Karena bila salah satu ciri dari negara atau daerah setempat hilang, maka tidak ada lagi ciri khas dari negara atau daerah tersebut. Lagu-lagu Sunda juga enak untuk didengarkan, jadi? Apa salahnya kita coba untuk melestarikan salah satu budaya Sunda ini,

2 komentar:

  1. Untuk pecinta lagu sunda tempo dulu yang ingin merekam ulang lagu sunda karya cipta kosamandjaya bisa menghubungi tlp 081802141297 (bambang nurjaya) alamat jalan.Pelesiran No.89 - bandung.lagu karya cipta kosamandjaya diantaranya.Talak Tilu,Bajing Luncat,Bangbung Ranggaek,Cikapundung,Orai Welang,Ngaronda,Pagetreng,Pateupang Dina Impenan,Cinta Lalamunan dll.lagu-2 diatas pernah dipopulerkan oleh Upit Sarimanah,taty shaleh,Euis Komariah.Terima Kasih

    BalasHapus
  2. kontenya sama seperti di kompas.com

    BalasHapus